Monday, October 12, 2009

Pempek Lenjer


Cara Membuat Pempek Lenjer dan Pempek Kapal Selam
Bahan :
250 gram ikan tenggiri (daging nya saja) giling 2 kali supaya daging halus.250 ml air dingin750 gram tepung sagu (sebaik nya sagu cap tani)2,5 sdm garam larutkan di air1 sdm kecap ikanvetsin kalau suka5 telor ayam (sesuai selera untuk kapal selam)
Bahan cuka pempek:
250 gram gula merah1 liter air4 bawang putih haluskan5 cabe rawit hijau haluskan1 ibu jari asam jawagaram & vetsin1 sdm tongcai (optional)
Cara bikin:
1. Campur ikan yang sudah digiling + air + garam + kecap ikan, aduk rata sampai air bener-bener menyatu dengan ikan.
2. Didihkan air yang banyak dalam panci besar, untuk merebus pempek.
3. Masukan + 400 gram tepung sagu ke adonan ikan, jangan terlalu di ulen aduk dengan jari tangan saja. Terlalu banyak di ulen mengakibatkan pemakaian sagu lebih banyak dan pempek jadi keras.
4. Sisa tepung sagu digunakan untuk bedak-in telapak tangan supaya adonan tidak lengket.
5. Untuk pempek lenjer, ambil adonan kurang lebih 200 gram (ukuran sesuai selera), lalu bikin bentuk silinder panjang, lalu masukan ke air yang sudah mendidih.
6. Untuk pempek kapal selam, buka telor dan masukan kedalam gelas. Lalu ambil adonan segenggam, ratakan permukaanya, lalu bikin lubang tengah nya dengan jari yang sudah di bedak-in. Setelah itu tuangkan telor, tutup lalu masukan ke air yang sudah mendidih.
7. Biarkan pempek sampai mengapung yang berarti sudah mateng! Lalu angkat dan tiriskan.
8. Untuk penyajian, bisa tanpa digoreng atau digoreng terlebih dahulu, lalu diberi taburan ebi, irisan timun dan kuah cuka.
Untuk kuah cuka:
Larutkan gula merah dengan air sampe larut semua dengan api kecil, lalu masukan cabe dan bawang putih yang sudah dihaluskan, asam jawa, garam dan tongcai. Biarkan mendidih sebentar lalu matikan. Kuah cuka sebaik nya dibikin 1 hari sebelum penyajian.
(liza22.blogspot.com/.../pempek-lenjer-dan-kapal-selam.html)

Selain pempeknya, berikut ini ada juga lagunya. Lagu ini asli palembang tentang pempek. Judulnya Pempek Lenjer. Bagi teman-teman yang memang besar di kota Wong Kito. Pasti inget dengan lagu ini. Nah untuk mengobati kerinduan teman-teman sekaligus melestarikan lagu daerah ini, berikut kami posting lagu ini. Bagi teman-teman yang tahu bahasa palembang, lagu ini cukup lucu lho syairnya. he... he.. selamat menikmati santapan lagu pempek lenjer ini. nyammm.. nyamm… Pempek Palembang, memang yahudd…

http://www.youtube.com/watch?v=Go4zoFkKBjE

Monday, June 15, 2009

GMI Sion Jelambar Kunjungi Museum Benda-Benda Alkitab YERUSHALAYIM

Buat Anda yang bingung mencari acara untuk Komisi gereja Anda, ajaklah mereka mengunjungi Museum Benda-Benda Alkitab "Yerushalayim"! Saksikan dan dengarkan kisah-kisah menarik dari berbagai benda-benda Alkitab.Jam kunjungan: Senin-Jumat, 09.00 - 16.00 WIB. Sabtu dengan perjanjian.Tempat: YPI Kawanan Kecil, Jl. Raya Rawa Sengon No.35 Kelapa Gading Barat (Sebelah PT.AKA) Telp. 021-43935346-47

Pada hari Minggu, 14 Juni 2008 setelah beribadah di GMI Sion Jelambar, saya mengajak beberapa orang dari majelis dan jemaat mengunjungi Museum ini. Pasti jadi berkat sekali! Terima kasih atas kunjungannya, Tuhan memberkati...




Tuesday, June 09, 2009

GMI, Mau Ke Mana? (sebuah refleksi diri)




Orang yang paling menyedihkan di dunia adalah orang yang memiliki penglihatan tetapi tidak mempunyai visi.
HELEN KELLER

Perjalanan Gereja Methodist di Indonesia sudah lebih dari seratus tahun. Kita telah melewati tahun 2008 dan ada dua agenda besar GMI di tahun 2009 ini, yaitu Konferensi Tahunan (KONTA) dan juga Konferensi Agung (KONAG). Dalam sambutan di Buku Almanak GMI 2009, Bishop Amat Tumino, M.Min., mengharapkan KONAG dapat berjalan dengan aman dan damai. Bishop yang terpilih adalah orang yang takut akan Tuhan serta dapat memeliharan kesatuan GMI dan menjaga nama baik Tuhan. Sedangkan Bishop Dr. H. Doloksaribu berharap dan percaya tahun 2009 ini dapat menjadi tahun Berkat dan Rahmat Tuhan dan mengharapkan kita dapat menjadi komunitas yang sehati dan sepikir sehingga tahun ini menyempurnakan sukacita kita dan menjadi tahun partumbuhan gereja.

Hal ini adalah harapan-harapan pemimpin kita, lalu apa upaya kita agar perjalanan GMI ke depan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Beberapa hal sederhana di bawah ini mungkin dapat mengingatkan kita kembali untuk dapat memeta jalan ke depan di dalam perjalanan panjang GMI yang masih harus ditempuh. Ingatlah bahwa tak peduli berapa jauh jalan salah yang telah kita jalani, putar arah sekarang juga.

Perjalanan lebih menyenangkan bila Anda tahu ke mana akan pergi.

Kalimat di atas saya kutip dari John C. Maxwell dalam bukunya The Success Journey. Maxwell mengatakan, “Anda perlu mengetahui tujuan Anda dan berlayar ke arahnya.” Pelayaran tanpa tujuan adalah seperti kita naik kapal pesiar seperti yang ada di daerah-daerah kota yang dekat dengan laut. Mereka tidak menuju ke pulau atau lokasi tertetu, melainkan hanya pergi ke tengah laut dan berputar-putar selama berhari-hari. Sementara itu mereka makan enak, tidur di pinggir kolam renang, nonton pertujukkan dan ikut bermain dalam berbagai aktivitas di atas kapal. Itu sama saja dengan chek in di hotel. Masalahnya banyak orang Kristen dan gereja yang hidupnya mirip dengan kapal pesiar tersebut. Mereka pergi tanpa tujuan. Mereka berada dalam rangka tertutup dan mengejar kesenangan dan terlibat dalam aktivitas yang manfaatnya sementara saja. Sementara itu mereka hanya berputar-putar, dan mereka tidak lebih baik daripada ketika mereka memulai. Maxwell mengatakan pelayaran tanpa tujuan mungkin cara yang baik untuk meng-habiskan beberapa hari libut Anda, tetapi bukan cara yang baik untuk menghabiskan hidup Anda.

Bagaimana dengan GMI? Tidak peduli apakah Anda seorang pendeta atau warga jemaat dan apa pun jabatan Anda, jika Anda sendiri tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas, GMI tidak akan dapat mencapai tujuannya. Titik awal dari semua ini adalah Yesus! Yesus adalah pemimpin terhebat yang pernah hidup di dunia ini. Dale Galloway dalam bukunya On Purpuse Leadership mengatakan bahwa Anda tidak dapat melihat kehidupan Yesus tanpa merasakan bahwa segala sesuatu yang Dia lakukan adalah dengan satu tujuan. Dia tidak melakukan apa-apa tanpa tujuan. Bahkan kepergiaanNya juga memiliki tujuan (Mrk 10:45). Rick Warren bahkan telah menolong kita dengan memberikan kepada generasi kita buku yang berjudul: The Puspose-Driven Church. Buku ini akan membuat banyak gereja seharusnya berpikir apa yang sedang mereka lakukan sebagai sebuah gereja.

Apakah GMI telah mempunyai tujuan yang jelas? Kalau mengacu kepada Disiplin GMI 2005 memang jelas dikatakan, “Tujuan Gereja Methodist Indonesia adalah memasyurkan Yesus Kristus melalui Pemberitaan Injil di seluruh dunia, menghimpun mereka dalam persekutuan Sidang Kristus dan mendalami kehidupan kerohanian mereka sehingga Kristus dan pengajaranNya menjadi sumber persekutuan tersebut.” (hal 22). Sudahkah tujuan ini menjadi jelas bagi para pemimpin-pemimpin yang ada di GMI? Sudahkah kita berlayar ke sana? Sudahkah kita memiliki peta yang sama?

Kita tidak pernah sampai pada tujuan karena kita tidak punya tujuan! Gereja yang kuat dibangun berdasarkan tujuan! Amsal 19:21 berbunyi, “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.” Rencana, program dan kepribadian tidaklah kekal. Tetapi tujuan Allah akan kekal. Pertama-tama GMI perlu bertanya, “Mengapa kita ada?” Kebanyakan gereja tidak mempunyai konsensus yang sama tentang “Mengapa Tuhan menghadirkan gereja ini?” Sebuah survey yang dilakukan oleh Wirn Arn terhadap 1.000 gereja dengan mengajukan pertanyaan, “Apa tujuan keberadaan gereja?” Hasilnya?

Anggota Jemaat:
89% : Tujuan gereja memperhatikan kebutuhan saya dan keluarga saya
11% : Tujuan gereja adalah untuk memenangkan dunia bagi Yesus Kristus

Gembala Sidang:
90% : Tujuan gereja adalah untuk memenangkan dunia bagi Yesus Kristus
10% : Tujuan gereja memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya

Oleh sebab itu tidaklah heran bahwa terjadi konflik, kebingungan, serta stagnasi di dalam gereja sekarang ini. Jika gembala sidang dan jemaat mempunyai pendapat yang berbeda mengenai tujuan keberadaan gereja, konflik dan perbedaan pendapat mengenai banyak hal tidak dapat dielakan. Marilah kita kembali dapat merumuskan tujuan-tujuan kita dengan tepat dan jelas di GMI ini, baik di tingkat wilayah, distrik, maupun lokal.

Sesungguhnya apa tujuan Yesus mengenai gereja? Tuhan Yesus berkata, “Aku akan mendirikan jemaatKu ...” (Mat 16:18). Siapa membangun apa? Ada empat kemungkinan tafsiran yang mungkin secara tidak sadar telah mewarnai pelayanan kita selama ini:

1. Kami akan membangun gereja kami – artinya kita dengan kekuatan sendiri dan metode tradisional berusaha membangun kerajaan kita sendiri. Hasilnya hanyalah “sekte agama” buatan manusia. Daging membangun daging.
2. Kami akan membangun gerejaNya – tafsiran ini lebih berbahaya dari yang pertama, di mana memberikan implikasi bahwa manusia dapat membangun rumah Tuhan. Daging dapat membangun Roh, kehebatan strategi manusia akan menolong kerajaan Tuhan. Akibatnya adalah manipulasi dan megalomania rohani.
3. Yesus akan membangun gereja kita - tafsiran ini pada akibatnya berkata bahwa Yesus menggunakan seluruh sumberNya hanya untuk kepentingan kita; Roh membangun daging. Kalau sesuatu tidak berhasil maka hal tersebut adalah kehendak Tuhan, sebab sudah pasti kita tidak punya kesalahan sedikitpun.
4. Yesus akan membangun gerejaNya – Ini adalah pandangan yang benar di mana Yesus adalah Ahli Bangunan Agung yang akan membangun jemaatNya menurut kehendak dan tujuanNya. Mulai dengan Roh diakhiri dengan Roh.

Tujuan Yesus membutuhkan orang-orang untuk dilatih sebagai pemimpin. Robert Coleman dalam buku klasiknya The Master Plan of Evangelism, menekankan bahwa Yesus menghabiskan tiga perempat pelayananNya dengan melatih keduabelas muridNya. Perhatian Yesus bukanlah untuk menjangkau orang banyak, tetapi dengan orang-orang yang diikuti orang banyak … orang-orang akan menjadi metodeNya memenangkan dunia bagi Allah. Metode ini juga yang sebenarnya menjadi salah satu visi besar dari John Wesley. Mark Shaw dalam bukunya 10 Great Ideas from Church History (10 Pemikiran Besar dari Sejarah Gereja) mengatakan bahwa pemikiran agung John Wesley itu sederhana saja: Gereja mengubah dunia bukan dengan cara mempertobatkannya melainkan dengan cara memuridkannya. Konsep ini menjadi salah satu pemikiran agung dalam sejarah gereja.

Hari ini berapa banyak orang yang disebut sebagai “pemimpin” di GMI telah menghasilkan dan mengembangkan pemimpin masa dapan. Kaderisasi dan regenerasi kepemimpinan di GMI seringkali tidaklah mulus. Bahkan seringkali GMI tampaknya kesulitan mencari figur seorang yang layak menjadi Bishop! Dan perasaan tidak aman secara pribadi mungkin menjadi rintangan utama untuk melakukan pendelegasian yang efektif. Anda tidak cukup disebut sebagai pemimpin, Anda juga harus mempunyai tujuan! Anda juga harus tahu apa visi Anda, apa nilai-nilai Anda, di mana Anda dan ke mana Allah memanggil Anda. Biarlah visi kita bagi pelayanan harus lebih besar daripada rasa tidak aman kita!

Apakah hasrat Anda?

“Visi” memang merupakan kata yang sering dibicarakan di gereja. Secara sederhana, visi dapat kita katakan melihat apa yang belum ada di sini – menvisualisasikan sesuatu yang belum terwujud. George Barna mengatakan, “Visi bagi pelayanan adalah citra mental yang jelas dari masa depan yang diinginkan yang diimpartasikan oleh Allah kepada para hamba pilihanNya dan berdasarkan pada suatu pemahaman yang akurat tentang Allah, diri dan keadaan-keadaan.” Dale Galloway mengatakan bahwa bila visi kita berasal dari Allah, kita juga memiliki hasrat bagi visi itu. Faktanya, hasrat menjadi bahan bakar bagi visi. Bila kita tidak memiliki api emosional dan semangat yang berkobar, yang dikenal sebagai hasrat, kita tidak akan memiliki visi yang sesungguhnya. Lon Solomon, yang menggembalai Gereja McLean Bible di pesisir kota Washington, D.C. mengindentifikasikan rangkaian yang sama berkaitan dengan pertumbuhan gerejanya dari 250 menjadi 7.000 jemaat dalam kurun waktu 10 tahun, “Saya tidak benar-benar memiliki sebuah visi, tapi saya memiliki hasrat. Saya memiliki hasrat untuk menjangkau orang-orang duniawi karena saya dulu adalah orang duniawi .... Saya bertanya, “Bagaimana gereja dapat menjangkau “saya”?” (Fix Your Gaze: An Interview with Lon Solomon, Leadership, Summer 2000). Bila Anda tidak memiliki hasrat untuk membagikan Injil dengan mereka yang membutuhkannya, Anda tidak akan memiliki visi yang sesuai dengan hati Allah.

Sudahkah kita sebagai hamba Tuhan dan jemaat GMI memiliki hasrat demikian? Saya sering berbicara dengan rekan-rekan baik dari kalangan hamba Tuhan ataupun warga jemaat, akan tetapi (maaf), tidak banyak saya temukan orang-orang yang memiliki hasrat yang membara karena visi dari Allah. Kebanyakan kita menjaga status quo dan berdiam diri dalam menara gading kita masing-masing. Mari kita memperbaharui hasrat kita lewat waktu bersama Tuhan dalam saat-saat teduh. Bertanyalah kepadaNya, “Apa yang akan Yesus lakukan dalam situasi ini?” atau “Apa yang dirasakan Yesus sekarang?” Apakah Anda berhasrat tentang apa yang dihasratkan Yesus? Apakah yang menghancurkan hati Yesus, seharusnya juga menghancurkan hati Anda dan saya. Hasrat juga dapat diperbaharui dengan mengambil waktu untuk bermimpi. Beranilah memimpikan impian besar bagi kemuliaan Allah.

Visi = Peta Anda Melihat Masa Depan

Banyak kita terjebak pada masa lalu. C. Peter Wagner mengatakan, ”Kekristenan tradisional mulai dengan situasi masa kini dan berfokus pada masa lalu. Kekristenan rasuli baru mulai dengan situasi masa kini dan berfokus pada masa depan. Banyak gereja-gereja tradisional yang dikendalikan oleh warisan, ... akan tetapi pemimpin gereja rasuli baru dikendalikan oleh visi.” Oleh sebab itu, kalau kita mendasarkan hal ini dengan konsep New Wave Marketing yang digagas oleh Hermawan Kertajaya, maka analisis lanskap gereja juga seharusnya dilakukan dengan pendekatan Threat-Opportunity-Weakness-Strength (TOWS), bukan SWOT. Kalau kita mulai mengidentifikasi Strength dan Weakness terlebih dahulu, yang merupakan faktor-faktor internal, maka orientasinya bisa bias. Dengan mengacu ke Strength-Weakness, berarti kita mengacu kepada masa sekarang atau malah masa lampau. Banyak gereja yang membangga-banggakan diri sebagai gereja yang besar dan punya sejarah yang hebat. Akan tetapi bagaimana keadaan mereka hari ini? Mari kita ambil tantangan dan peluang yang ada untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi GMI tercinta ini.

Dalam suatu percakapan dengan seorang gembala senior sebuah gereja rasuli baru mengenai gerejanya, Wagner bertanya, ”Berapa banyak kelompok sel yang Anda miliki? ”Saya pikir pertanyaan itu saya ajukan pada tahun 1999. Akan tetapi dia menjawab, ”Pada tahun 2000 nanti kami akan memiliki 600 kelompok sel!” Berapa banyak GMI memiliki pemimpin yang visoner, yang dengan optimis dapat memandang masa depan? Beritahu saya impian Anda dan saya akan memberitahu masa depan Anda. Hanya mimpi yang akan memberi Anda peta sebagai petujuk jalan Anda. Sudahkah Anda memimpikan GMI masa depan?

GMI, GMI, lama sabakhtani

Allah melalui Yesus Kristus telah memanggil GMI sebagai mitra kerja untuk menjalankan visi dan misiNya. Panggilan itu telah berlangsung lebih dari seratus tahun lamanya. Investasi termahal yang telah ditanamNya adalah tubuh dan darahNya sendiri. Allah sendiri sudah mengambil risiko dengan memakai gereja sebagai tempat menyatakan diriNya, memakai kita yang tidak sempurna ini menjadi gerejaNya, menjadi tubuhNya. Dan tentunya Allah mengharapkan bahwa dari situ tumbuh pokok anggur yang bukan saja rindang daunnya, tetapi juga lebat buahnya. Sudahkah GMI menjadi gereja yang berbuah dan membawa jiwa-jiwa datang kepada Kristus?

Jauh lebih sedikit orang yang pergi ke gereja pada hari Minggu daripada orang yang mengklaim dirinya menjadi pengikut Kristus. Mereka menganggap gereja tidak menyenangkan, tidak mendapatkan apa-apa dari gereja, dan ada banyak kemunafikan dalam gereja. Jangan sampai justru gereja menjauhkan orang dari Kristus! Dan apa yang diharapkan Yesus dari gerejaNya menjadi sia-sia dan Ia pun sedih dan berseru: “GMI, GMI, lama sabakhtani?” (aslinya berbunyi: “Eli, Eli, lama sabakhtani” - Mat 27:46). Jika itu yang terjadi selama ini, marilah kita kembali kepada tujuanNya, sehingga suatu ketika kita dapat mendengar pada akhirnya Yesus berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai GMI-ku yang baik dan setia. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (band. Mat 25:21). Semoga!

Seorang penyair suatu saat ditanya, “Bila rumah Anda terbakar dan Anda hanya dapat menyelamatkan satu barang, apakah yang akan Anda selamatkan?” Penyair itu menjawab,
“Aku akan selamatkan api itu, karena tanpa api kita tidak ada artinya.” – Anonim

Bahan bacaan:
1. Dale Galloway & Warren Bird, On Purpose Leadership, HPH, Jakarta, 2003
2. C. Peter Wagner, Gempa Gereja, Nafiri Gabriel, Jakarta, 1999
3. C. Peter Wagner, Gereja-Gereja Rasuli Yang Baru, YPI Immanuel, Jakarta, 2001
4. Philip Yancey, Gereja: Mengapa Dirisaukan?, Olah Cipta Pustaka, Bandung, 2001
5. John C. Maxwell, The Success Journey, HPH, Jakarta, 2003
6. George Barna, The Power of Vision, Metanoia, Jakarta, 1992
7. Mark Shaw, Sepuluh Pemikiran Besar dari Sejarah Gereja, Momentum, Surabaya, 2000.
8. Abraham Simatupang, Sebuah Refleksi Terhadap Motto UKI: “Melayani bukan Dilayani”, UKI-Press, Jakarta, 2005


Sumber: Majalah GEMA Methodist Wilayah II, Edisi XII

Yerushalayim (Museum Benda-Benda Alkitab)

Buat Anda yang bingung mencari acara untuk Komisi gereja Anda, ajaklah mereka mengunjungi Museum Benda-Benda Alkitab "Yerushalayim"! Saksikan dan dengarkan kisah-kisah menarik dari berbagai benda-benda Alkitab.

Jam kunjungan: Senin-Jumat, 09.00 - 16.00 WIB. Sabtu dengan perjanjian.
Tempat: YPI Kawanan Kecil, Jl. Raya Rawa Sengon No.35 Kelapa Gading Barat (Sebelah PT.AKA) Telp. 021-43935346-47



Tuesday, March 03, 2009

BESARNYA PENGHARGAAN


Seorang penjual daging mengamati suasana sekitar tokonya. Ia sangat terkejut melihat seekor anjing datang ke samping tokonya. Ia mengusir anjing itu, tetapi anjing itu kembali lagi.
Maka, ia menghampiri anjing itu dan melihat ada suatu catatan di mulut anjing itu. Ia mengambil catatan itu dan membacanya, "Tolong sediakan 12 sosis dan satu kaki domba. Uangnya ada di mulut anjing ini."

Si penjual daging melihat ke mulut anjing itu dan ternyata ada uang sebesar 10 dollar di sana. Segera ia mengambil uang itu, kemudian ia memasukkan sosis dan kaki domba ke dalam kantung plastik dan diletakkan kembali di mulut anjing itu. Si penjual daging sangat terkesan. Kebetulan saat itu adalah waktu tutup tokonya, ia menutup tokonya dan berjalan mengikuti si anjing.

Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan dan sampai ke tempat penyeberangan jalan. Anjing itu meletakkan kantung plastiknya, melompat dan menekan tombol penyeberangan, kemudian menunggu dengan sabar dengan kantung plastik di mulut, sambil menunggu lampu penyeberang berwarna hijau. Setelah lampu menjadi hijau, ia menyeberang sementara si penjual daging mengikutinya. Anjing tsb kemudian sampai ke perhentian bus, dan mulai melihat "Papan informasi jam perjalanan ".

Si penjual daging terkagum-kagum melihatnya. Si anjing melihat "Papan informasi jam perjalanan " dan kemudian duduk disalah satu bangku yang disediakan. Sebuah bus datang, si anjing menghampirinya dan melihat nomor bus dan kemudian kembali ke tempat duduknya.
Bus lain datang. Sekali lagi bus lainnya datang. Sekali lagi si anjing menghampiri dan melihat nomor busnya. Setelah melihat bahwa bus tersebut adalah bus yang benar, si anjing naik. Si penjual daging, dengan kekagumannya mengikuti anjing itu dan naik ke bus tersebut.
Bus berjalan meninggalkan kota, menuju ke pinggiran kota. Si anjing Melihat pemandangan sekitar. Akhirnya ia bangun dan bergerak ke depan bus, ia berdiri dengan 2 kakinya dan menekan tombol agar bus berhenti. Kemudian ia keluar, kantung plastik masih tergantung di mulutnya.

Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan sambil dikuti si penjual daging. Si anjing berhenti pada suatu rumah, ia berjalan menyusuri jalan kecil dan meletakkan kantung plastik pada salah satu anak tangga. Kemudian, ia mundur, berlari dan membenturkan dirinya ke pintu. Ia mundur, dan kembali membenturkan dirinya ke pintu rumah tsb. Tidak ada jawaban dari dalam rumah, jadi si anjing kembali melalui jalan kecil, melompati tembok kecil dan berjalan sepanjang batas kebun tersebut. Ia menghampiri jendela dan membenturkan kepalanya beberapa kali, berjalan mundur, melompat balik da menunggu di pintu.

Si penjual daging melihat seorang pria tinggi besar membuka pintu dan mulai menyiksa anjing tersebut, menendangnya, memukulinya, serta menyumpahinya. Si penjual daging berlari untuk menghentikan pria tersebut, "Apa yang kau lakukan ..? Anjing ini adalah anjing yg jenius. Ia bisa masuk televisi untuk kejeniusannya." Pria itu menjawab, "Kau katakan anjing ini pintar ...? Dalam minggu ini sudah dua kali anjing bodoh ini lupa membawa kuncinya ..!"

Mungkin hal serupa pernah terjadi dalam kehidupan Anda. Sesuatu yang bagi Anda kurang memuaskan, mungkin adalah sesuatu yang sangat luar biasa bagi orang lain. Yang membedakan hanyalah seberapa besar penghargaan kita. Pemilik anjing tidak menghargai kemampuan si anjing dan hanya terfokus pada kesalahannya semata, sehingga menganggapnya anjing yang bodoh. Sebaliknya, sang pemilik toko menganggap anjing tersebut luar biasa pintarnya karena mampu berbelanja sendirian.

Mungkin kita tidak pernah menyadari bahwa setiap harinya kita menghadapi pilihan yang sama. Kita punya dua pilihan dalam menghadapi hidup ini, apakah hendak mengeluh atas berbagai hal yang kurang memuaskan, atau bersyukur atas berbagai karunia yang telah kita terima.
Semuanya terpulang pada diri Anda sendiri. Tetapi jangan lupa mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah.

Tuhan telah mengkaruniai Anda dengan 86.400 detik per hari. Sudah adakah yang Anda gunakan untuk mengucap syukur?

Saturday, February 28, 2009

BERSYUKURLAH ...


Seorang anak laki-laki tunanetra duduk di tangga sebuah bangunan dengan sebuah topi terletak di dekat kakinya. Ia mengangkat sebuah papan yang bertuliskan: 'Saya buta, tolong saya.' Hanya ada beberapa keping uang di dalam topi itu.


Seorang pria berjalan melewati tempat anak ini. Ia mengambil beberapa keping uang dari sakunya dan menjatuhkannya ke dalam topi itu. Lalu ia mengambil papan, membaliknya dan menulis beberapa kata. Pria ini menaruh papan itu kembali sehingga orang yang lalu lalang dapat melihat apa yang ia baru tulis.. Segera sesudahnya, topi itu pun terisi penuh. Semakin banyak orang memberi uang ke anak tuna netra ini.. Sore itu pria yang telah mengubah kata-kata di papan tersebut datang untuk melihat perkembangan yang terjadi. Anak ini mengenali langkah kakinya dan bertanya, 'Apakah bapak yang telah mengubah tulisan di papanku tadi pagi? Apa yang bapak tulis?' Pria itu berkata, 'Saya hanya menuliskan sebuah kebenaran. Saya menyampaikan apa yang kamu telah tulis dengan cara yang berbeda.' Apa yang ia telah tulis adalah: 'Hari ini adalah hari yang indah dan saya tidak bisa melihatnya.' Bukankah tulisan yang pertama dengan yang kedua sebenarnya sama saja?



Tentu arti kedua tulisan itu sama, yaitu bahwa anak itu buta. Tetapi, tulisan yang pertama hanya mengatakan bahwa anak itu buta.. Sedangkan, tulisan yang kedua mengatakan kepada orang-orang bahwa mereka sangatlah beruntung bahwa mereka dapat melihat. Apakah kita perlu terkejut melihat tulisan yang kedua lebih efektif?

Moral dari cerita ini: Bersyukurlah untuk segala yang kau miliki. Jadilah kreatif. Jadilah innovatif. Berpikirlah dari sudut pandang yang berbeda dan positif.
Ajaklah orang-orang lain menuju hal-hal yang baik dengan hikmat. Jalani hidup ini tanpa dalih dan mengasihi tanpa rasa sesal. Seringkali HIDUP ini memberimu 100 alasan untuk menangis,akan tetapi TUHAN telah memberimu 1000 alasan untuk tersenyum,sehingga hari-harimu dipenuhi bahgia dan berkat TUHAN,sebab DIA sangat mencintaimu.

Hadapi masa lalumu tanpa sesal.

Tangani saat sekarang dengan percaya diri.

Bersiaplah untuk masa depan tanpa rasa takut.

Peganglah iman dan tanggalkan ketakutan.


Orang bijak berkata, 'Hidup harus menjadi sebuah proses perbaikan yang terus berlanjut, membuang kejahatan dan mengembangkan kebaikan... Jika engkau ingin menjalani hidup tanpa rasa takut, engkau harus memiliki hati nurani yang baik sebagai tiketnya.’


Hal yang terindah adalah melihat seseorang tersenyum …

Tapi yang terlebih indah adalah mengetahui bahwa engkau adalah alasan di belakangnya!!! Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!




Friday, January 30, 2009

IMLEK DI GMI BETHLEHEM



Perayaan Tahun Baru Imlek 2560 yang jatuh pada tanggal 26 Januari 2009 ditandai dengan ibadah ucapan syukur yang diadakan oleh GMI Bethelehem Palembang. Ibadah ini sudah menjadi agenda rutin GMI Bethlehem setiap Tahun Baru Imlek. Pada kesempatan ibadah ini, firman Tuhan disampaikan oleh Gembala Sidang GMI Bethlehem Pdt. Simon Chandra, yang mengingatkan kita untuk bukan hanya membersihkan rumah menjelang tahun baru, tetapi juga membersihkan hati kita.
Pada kesempatan ibadah Tahun Baru Imlek ini juga ditampilkan koor dari Komisi Usia Indah GMI Bethlehem. Walaupun rata-rata mereka sudah usia "senja", tetapi semangat mereka masih tetap terlihat berapi-api. Sesuai dengan tradisi Imlek, maka pada kesempatan ini dibagikan juga jeruk sebanyak dua buah untuk setiap jemaat. Menurut tradisi Tionghoa pada Tahun Baru Imlek sebaiknya memberikan hadiah berupa jeruk mandarin, sebab jika ditulis secara Hanyu Pinyin adalah Gan. Lafal jeruk mandarin dalam dialek sub-etnis tersebut memiliki bunyi yg sama dengan lafal emas, yang jika ditulis secara Hanyu Pinyin adalah Jin. Jadi memberikan jeruk mandarin diibaratkan memberikan emas. Lebih baik lagi memberikan jeruk yang masih ada daunnya yang melambangkan agar emas ini bisa tumbuh terus. Dan sebanyak dua buah karena terdapat sebuah pepatah Tionghoa terkenal yang berbunyi "Hao Shi Cheng Shuang", yang secara harafiah dapat diartikan "Semua yg baik harus datang secara berpasangan". Akan tetapi sebagai orang Kristen kita tentu saja percaya bahwa berkat atau "rezeki" itu bukan datang dari "jeruk", tetapi datang dari Tuhan.

Tidak ketinggalan juga ada angpau-nya, tetapi isinya ternyata tidak ada uangnya, melainkan ayat Alkitab. Semoga Tahun Baru Imlek ini membawa sukacita dan kebahagiaan bagi kita semua. Gong Xi Xin Nien.












Friday, October 17, 2008

Grow Old Atau Grow Up?

Bertambah usia dan menjadi tua, adalah proses normal kehidupan seorang manusia. Baru-baru ini sebuah situs internet memuat berita tentang seorang pesepak bola tersohor David Beckham, dengan judul “David Beckham Takut Menjadi Tua”. Bagi David Beckham, menjadi tua adalah sebuah hal yang menakutkan. Beckham sangat takut, suatu saat dirinya akan menjadi tua, botak dan gemuk. Saat ini, Beckham telah memiliki suatu perasaan kehilangan masa-masa mudanya seperti dahulu. Kini, setelah memiliki 3 orang anak dari sang isteri, Victoria Beckham, dirinya merasa sangat tua dari usianya saat ini. Namun, Beckham selalu membunuh perasaan tersebut dengan cara-cara tertentu, antara lain, selalu ke pusat kebugaran dan melakukan diet ketat, agar postur badannya tidak berubah meskipun menjadi tua. Victoria Beckham, sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan apa yang akan terjadi dengan suaminya di hari tua nanti. Tapi menurutnya, Beckham terlalu paranoid terhadap dirinya sendiri, dan itu membuat Beckham seperti orang yang kehilangan kendali.

Berbeda dengan Beckham, beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang pendeta Methodist yang telah berusia 77 tahun. Memang beliau tampak tua, botak dan gemuk, tetapi beliau tetap sehat dan sampai saat ini masih aktif melayani Tuhan. Dari gaya bicaranya, saya melihat beliau tetap atusias untuk menjalani hidup ini. Saya sendiri berpikir apakah saya bisa mencapai usia yang demikian dengan tetap memiliki tubuh yang sehat dan tetap dapat aktif melayani Tuhan?

Memang banyak orang takut menjadi tua, bahkan tidak mau mengakui bahwa mereka sudah tua. Sampai usia 50-an banyak orang yang masih beranggapan bahwa ia masih muda, tetapi begitu masuk usia 60, dan gereja mengumumkan bahwa mereka yang berusia 60 tahun ke atas diharapkan menghadiri kebaktian komisi lansia. Sehingga tidak sedikit mereka yang tidak mau menghadiri kebaktian komisi lansia, karena takut dianggap sudah tua atau “lansia”. Atau ada orang yang menganggap kalau sudah mencapai usia 65 tahun itu berarti, “saya sudah tua!” Paul Gunadi mengatakan bahwa sesungguhnya kita telah mengalami proses penuaan hari lepas hari, tahun demi tahun.

Ada satu pepatah yang mengatakan, “Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa adalah pilihan.” Menjadi tua dan menjadi dewasa tentu adalah dua hal yang berbeda. Pertanyaan bagi kita adalah: “Apakah kita hanya bertambah tua (grow old), atau juga bertambah dewasa (grow up)?” Untuk menjadi dewasa tentu harus ada usaha dan itu suatu keharusan. Banyak sekali masalah yang tidak dapat diselesaikan “tanpa kedewasaan sikap”, padahal, hidup yang kita jalani ini haruslah dapat memberi makna. Kedewasaan tidak terkait sama sekali dengan masalah umur. Meskipun sering terdengar ungkapan bahwa orang tua lebih bijak. Seiring dengan bertambahnya usia kita, Paulus mengingatkan kita untuk meninggalkan sifat kanak-kanak itu (1 Kor 13:11), dan mengharapkan kita menjadi dewasa dalam Kristus! Jangan hanya menjadi tua, tetapi kita harus menjadi dewasa. Orang tua memang akan semakin lemah secara fisik, tetapi mereka seharusnya menjadi kuat dalam iman. Masa tua adalah masa yang makin mendekati perjumpaan dengan Tuhan, jadi bersiap-siaplah, jangan datang kepada Tuhan dengan tangan hampa. Pemazmur mengatakan, "Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion." (Mzm 84:8). Memang fisik makin melemah, tapi seperti Paulus katakan manusia batiniahku diperkuat. Makin hari berjalan bukan makin lemah tapi makin kuat karena kita berjalan hendak menghadap Allah di Sion. Sampai bertemu di Sion!

Sumber: Majalah GEMA Methodist Wilayah 2 Edisi 10