Tuesday, June 09, 2009

GMI, Mau Ke Mana? (sebuah refleksi diri)




Orang yang paling menyedihkan di dunia adalah orang yang memiliki penglihatan tetapi tidak mempunyai visi.
HELEN KELLER

Perjalanan Gereja Methodist di Indonesia sudah lebih dari seratus tahun. Kita telah melewati tahun 2008 dan ada dua agenda besar GMI di tahun 2009 ini, yaitu Konferensi Tahunan (KONTA) dan juga Konferensi Agung (KONAG). Dalam sambutan di Buku Almanak GMI 2009, Bishop Amat Tumino, M.Min., mengharapkan KONAG dapat berjalan dengan aman dan damai. Bishop yang terpilih adalah orang yang takut akan Tuhan serta dapat memeliharan kesatuan GMI dan menjaga nama baik Tuhan. Sedangkan Bishop Dr. H. Doloksaribu berharap dan percaya tahun 2009 ini dapat menjadi tahun Berkat dan Rahmat Tuhan dan mengharapkan kita dapat menjadi komunitas yang sehati dan sepikir sehingga tahun ini menyempurnakan sukacita kita dan menjadi tahun partumbuhan gereja.

Hal ini adalah harapan-harapan pemimpin kita, lalu apa upaya kita agar perjalanan GMI ke depan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Beberapa hal sederhana di bawah ini mungkin dapat mengingatkan kita kembali untuk dapat memeta jalan ke depan di dalam perjalanan panjang GMI yang masih harus ditempuh. Ingatlah bahwa tak peduli berapa jauh jalan salah yang telah kita jalani, putar arah sekarang juga.

Perjalanan lebih menyenangkan bila Anda tahu ke mana akan pergi.

Kalimat di atas saya kutip dari John C. Maxwell dalam bukunya The Success Journey. Maxwell mengatakan, “Anda perlu mengetahui tujuan Anda dan berlayar ke arahnya.” Pelayaran tanpa tujuan adalah seperti kita naik kapal pesiar seperti yang ada di daerah-daerah kota yang dekat dengan laut. Mereka tidak menuju ke pulau atau lokasi tertetu, melainkan hanya pergi ke tengah laut dan berputar-putar selama berhari-hari. Sementara itu mereka makan enak, tidur di pinggir kolam renang, nonton pertujukkan dan ikut bermain dalam berbagai aktivitas di atas kapal. Itu sama saja dengan chek in di hotel. Masalahnya banyak orang Kristen dan gereja yang hidupnya mirip dengan kapal pesiar tersebut. Mereka pergi tanpa tujuan. Mereka berada dalam rangka tertutup dan mengejar kesenangan dan terlibat dalam aktivitas yang manfaatnya sementara saja. Sementara itu mereka hanya berputar-putar, dan mereka tidak lebih baik daripada ketika mereka memulai. Maxwell mengatakan pelayaran tanpa tujuan mungkin cara yang baik untuk meng-habiskan beberapa hari libut Anda, tetapi bukan cara yang baik untuk menghabiskan hidup Anda.

Bagaimana dengan GMI? Tidak peduli apakah Anda seorang pendeta atau warga jemaat dan apa pun jabatan Anda, jika Anda sendiri tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas, GMI tidak akan dapat mencapai tujuannya. Titik awal dari semua ini adalah Yesus! Yesus adalah pemimpin terhebat yang pernah hidup di dunia ini. Dale Galloway dalam bukunya On Purpuse Leadership mengatakan bahwa Anda tidak dapat melihat kehidupan Yesus tanpa merasakan bahwa segala sesuatu yang Dia lakukan adalah dengan satu tujuan. Dia tidak melakukan apa-apa tanpa tujuan. Bahkan kepergiaanNya juga memiliki tujuan (Mrk 10:45). Rick Warren bahkan telah menolong kita dengan memberikan kepada generasi kita buku yang berjudul: The Puspose-Driven Church. Buku ini akan membuat banyak gereja seharusnya berpikir apa yang sedang mereka lakukan sebagai sebuah gereja.

Apakah GMI telah mempunyai tujuan yang jelas? Kalau mengacu kepada Disiplin GMI 2005 memang jelas dikatakan, “Tujuan Gereja Methodist Indonesia adalah memasyurkan Yesus Kristus melalui Pemberitaan Injil di seluruh dunia, menghimpun mereka dalam persekutuan Sidang Kristus dan mendalami kehidupan kerohanian mereka sehingga Kristus dan pengajaranNya menjadi sumber persekutuan tersebut.” (hal 22). Sudahkah tujuan ini menjadi jelas bagi para pemimpin-pemimpin yang ada di GMI? Sudahkah kita berlayar ke sana? Sudahkah kita memiliki peta yang sama?

Kita tidak pernah sampai pada tujuan karena kita tidak punya tujuan! Gereja yang kuat dibangun berdasarkan tujuan! Amsal 19:21 berbunyi, “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.” Rencana, program dan kepribadian tidaklah kekal. Tetapi tujuan Allah akan kekal. Pertama-tama GMI perlu bertanya, “Mengapa kita ada?” Kebanyakan gereja tidak mempunyai konsensus yang sama tentang “Mengapa Tuhan menghadirkan gereja ini?” Sebuah survey yang dilakukan oleh Wirn Arn terhadap 1.000 gereja dengan mengajukan pertanyaan, “Apa tujuan keberadaan gereja?” Hasilnya?

Anggota Jemaat:
89% : Tujuan gereja memperhatikan kebutuhan saya dan keluarga saya
11% : Tujuan gereja adalah untuk memenangkan dunia bagi Yesus Kristus

Gembala Sidang:
90% : Tujuan gereja adalah untuk memenangkan dunia bagi Yesus Kristus
10% : Tujuan gereja memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya

Oleh sebab itu tidaklah heran bahwa terjadi konflik, kebingungan, serta stagnasi di dalam gereja sekarang ini. Jika gembala sidang dan jemaat mempunyai pendapat yang berbeda mengenai tujuan keberadaan gereja, konflik dan perbedaan pendapat mengenai banyak hal tidak dapat dielakan. Marilah kita kembali dapat merumuskan tujuan-tujuan kita dengan tepat dan jelas di GMI ini, baik di tingkat wilayah, distrik, maupun lokal.

Sesungguhnya apa tujuan Yesus mengenai gereja? Tuhan Yesus berkata, “Aku akan mendirikan jemaatKu ...” (Mat 16:18). Siapa membangun apa? Ada empat kemungkinan tafsiran yang mungkin secara tidak sadar telah mewarnai pelayanan kita selama ini:

1. Kami akan membangun gereja kami – artinya kita dengan kekuatan sendiri dan metode tradisional berusaha membangun kerajaan kita sendiri. Hasilnya hanyalah “sekte agama” buatan manusia. Daging membangun daging.
2. Kami akan membangun gerejaNya – tafsiran ini lebih berbahaya dari yang pertama, di mana memberikan implikasi bahwa manusia dapat membangun rumah Tuhan. Daging dapat membangun Roh, kehebatan strategi manusia akan menolong kerajaan Tuhan. Akibatnya adalah manipulasi dan megalomania rohani.
3. Yesus akan membangun gereja kita - tafsiran ini pada akibatnya berkata bahwa Yesus menggunakan seluruh sumberNya hanya untuk kepentingan kita; Roh membangun daging. Kalau sesuatu tidak berhasil maka hal tersebut adalah kehendak Tuhan, sebab sudah pasti kita tidak punya kesalahan sedikitpun.
4. Yesus akan membangun gerejaNya – Ini adalah pandangan yang benar di mana Yesus adalah Ahli Bangunan Agung yang akan membangun jemaatNya menurut kehendak dan tujuanNya. Mulai dengan Roh diakhiri dengan Roh.

Tujuan Yesus membutuhkan orang-orang untuk dilatih sebagai pemimpin. Robert Coleman dalam buku klasiknya The Master Plan of Evangelism, menekankan bahwa Yesus menghabiskan tiga perempat pelayananNya dengan melatih keduabelas muridNya. Perhatian Yesus bukanlah untuk menjangkau orang banyak, tetapi dengan orang-orang yang diikuti orang banyak … orang-orang akan menjadi metodeNya memenangkan dunia bagi Allah. Metode ini juga yang sebenarnya menjadi salah satu visi besar dari John Wesley. Mark Shaw dalam bukunya 10 Great Ideas from Church History (10 Pemikiran Besar dari Sejarah Gereja) mengatakan bahwa pemikiran agung John Wesley itu sederhana saja: Gereja mengubah dunia bukan dengan cara mempertobatkannya melainkan dengan cara memuridkannya. Konsep ini menjadi salah satu pemikiran agung dalam sejarah gereja.

Hari ini berapa banyak orang yang disebut sebagai “pemimpin” di GMI telah menghasilkan dan mengembangkan pemimpin masa dapan. Kaderisasi dan regenerasi kepemimpinan di GMI seringkali tidaklah mulus. Bahkan seringkali GMI tampaknya kesulitan mencari figur seorang yang layak menjadi Bishop! Dan perasaan tidak aman secara pribadi mungkin menjadi rintangan utama untuk melakukan pendelegasian yang efektif. Anda tidak cukup disebut sebagai pemimpin, Anda juga harus mempunyai tujuan! Anda juga harus tahu apa visi Anda, apa nilai-nilai Anda, di mana Anda dan ke mana Allah memanggil Anda. Biarlah visi kita bagi pelayanan harus lebih besar daripada rasa tidak aman kita!

Apakah hasrat Anda?

“Visi” memang merupakan kata yang sering dibicarakan di gereja. Secara sederhana, visi dapat kita katakan melihat apa yang belum ada di sini – menvisualisasikan sesuatu yang belum terwujud. George Barna mengatakan, “Visi bagi pelayanan adalah citra mental yang jelas dari masa depan yang diinginkan yang diimpartasikan oleh Allah kepada para hamba pilihanNya dan berdasarkan pada suatu pemahaman yang akurat tentang Allah, diri dan keadaan-keadaan.” Dale Galloway mengatakan bahwa bila visi kita berasal dari Allah, kita juga memiliki hasrat bagi visi itu. Faktanya, hasrat menjadi bahan bakar bagi visi. Bila kita tidak memiliki api emosional dan semangat yang berkobar, yang dikenal sebagai hasrat, kita tidak akan memiliki visi yang sesungguhnya. Lon Solomon, yang menggembalai Gereja McLean Bible di pesisir kota Washington, D.C. mengindentifikasikan rangkaian yang sama berkaitan dengan pertumbuhan gerejanya dari 250 menjadi 7.000 jemaat dalam kurun waktu 10 tahun, “Saya tidak benar-benar memiliki sebuah visi, tapi saya memiliki hasrat. Saya memiliki hasrat untuk menjangkau orang-orang duniawi karena saya dulu adalah orang duniawi .... Saya bertanya, “Bagaimana gereja dapat menjangkau “saya”?” (Fix Your Gaze: An Interview with Lon Solomon, Leadership, Summer 2000). Bila Anda tidak memiliki hasrat untuk membagikan Injil dengan mereka yang membutuhkannya, Anda tidak akan memiliki visi yang sesuai dengan hati Allah.

Sudahkah kita sebagai hamba Tuhan dan jemaat GMI memiliki hasrat demikian? Saya sering berbicara dengan rekan-rekan baik dari kalangan hamba Tuhan ataupun warga jemaat, akan tetapi (maaf), tidak banyak saya temukan orang-orang yang memiliki hasrat yang membara karena visi dari Allah. Kebanyakan kita menjaga status quo dan berdiam diri dalam menara gading kita masing-masing. Mari kita memperbaharui hasrat kita lewat waktu bersama Tuhan dalam saat-saat teduh. Bertanyalah kepadaNya, “Apa yang akan Yesus lakukan dalam situasi ini?” atau “Apa yang dirasakan Yesus sekarang?” Apakah Anda berhasrat tentang apa yang dihasratkan Yesus? Apakah yang menghancurkan hati Yesus, seharusnya juga menghancurkan hati Anda dan saya. Hasrat juga dapat diperbaharui dengan mengambil waktu untuk bermimpi. Beranilah memimpikan impian besar bagi kemuliaan Allah.

Visi = Peta Anda Melihat Masa Depan

Banyak kita terjebak pada masa lalu. C. Peter Wagner mengatakan, ”Kekristenan tradisional mulai dengan situasi masa kini dan berfokus pada masa lalu. Kekristenan rasuli baru mulai dengan situasi masa kini dan berfokus pada masa depan. Banyak gereja-gereja tradisional yang dikendalikan oleh warisan, ... akan tetapi pemimpin gereja rasuli baru dikendalikan oleh visi.” Oleh sebab itu, kalau kita mendasarkan hal ini dengan konsep New Wave Marketing yang digagas oleh Hermawan Kertajaya, maka analisis lanskap gereja juga seharusnya dilakukan dengan pendekatan Threat-Opportunity-Weakness-Strength (TOWS), bukan SWOT. Kalau kita mulai mengidentifikasi Strength dan Weakness terlebih dahulu, yang merupakan faktor-faktor internal, maka orientasinya bisa bias. Dengan mengacu ke Strength-Weakness, berarti kita mengacu kepada masa sekarang atau malah masa lampau. Banyak gereja yang membangga-banggakan diri sebagai gereja yang besar dan punya sejarah yang hebat. Akan tetapi bagaimana keadaan mereka hari ini? Mari kita ambil tantangan dan peluang yang ada untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi GMI tercinta ini.

Dalam suatu percakapan dengan seorang gembala senior sebuah gereja rasuli baru mengenai gerejanya, Wagner bertanya, ”Berapa banyak kelompok sel yang Anda miliki? ”Saya pikir pertanyaan itu saya ajukan pada tahun 1999. Akan tetapi dia menjawab, ”Pada tahun 2000 nanti kami akan memiliki 600 kelompok sel!” Berapa banyak GMI memiliki pemimpin yang visoner, yang dengan optimis dapat memandang masa depan? Beritahu saya impian Anda dan saya akan memberitahu masa depan Anda. Hanya mimpi yang akan memberi Anda peta sebagai petujuk jalan Anda. Sudahkah Anda memimpikan GMI masa depan?

GMI, GMI, lama sabakhtani

Allah melalui Yesus Kristus telah memanggil GMI sebagai mitra kerja untuk menjalankan visi dan misiNya. Panggilan itu telah berlangsung lebih dari seratus tahun lamanya. Investasi termahal yang telah ditanamNya adalah tubuh dan darahNya sendiri. Allah sendiri sudah mengambil risiko dengan memakai gereja sebagai tempat menyatakan diriNya, memakai kita yang tidak sempurna ini menjadi gerejaNya, menjadi tubuhNya. Dan tentunya Allah mengharapkan bahwa dari situ tumbuh pokok anggur yang bukan saja rindang daunnya, tetapi juga lebat buahnya. Sudahkah GMI menjadi gereja yang berbuah dan membawa jiwa-jiwa datang kepada Kristus?

Jauh lebih sedikit orang yang pergi ke gereja pada hari Minggu daripada orang yang mengklaim dirinya menjadi pengikut Kristus. Mereka menganggap gereja tidak menyenangkan, tidak mendapatkan apa-apa dari gereja, dan ada banyak kemunafikan dalam gereja. Jangan sampai justru gereja menjauhkan orang dari Kristus! Dan apa yang diharapkan Yesus dari gerejaNya menjadi sia-sia dan Ia pun sedih dan berseru: “GMI, GMI, lama sabakhtani?” (aslinya berbunyi: “Eli, Eli, lama sabakhtani” - Mat 27:46). Jika itu yang terjadi selama ini, marilah kita kembali kepada tujuanNya, sehingga suatu ketika kita dapat mendengar pada akhirnya Yesus berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai GMI-ku yang baik dan setia. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (band. Mat 25:21). Semoga!

Seorang penyair suatu saat ditanya, “Bila rumah Anda terbakar dan Anda hanya dapat menyelamatkan satu barang, apakah yang akan Anda selamatkan?” Penyair itu menjawab,
“Aku akan selamatkan api itu, karena tanpa api kita tidak ada artinya.” – Anonim

Bahan bacaan:
1. Dale Galloway & Warren Bird, On Purpose Leadership, HPH, Jakarta, 2003
2. C. Peter Wagner, Gempa Gereja, Nafiri Gabriel, Jakarta, 1999
3. C. Peter Wagner, Gereja-Gereja Rasuli Yang Baru, YPI Immanuel, Jakarta, 2001
4. Philip Yancey, Gereja: Mengapa Dirisaukan?, Olah Cipta Pustaka, Bandung, 2001
5. John C. Maxwell, The Success Journey, HPH, Jakarta, 2003
6. George Barna, The Power of Vision, Metanoia, Jakarta, 1992
7. Mark Shaw, Sepuluh Pemikiran Besar dari Sejarah Gereja, Momentum, Surabaya, 2000.
8. Abraham Simatupang, Sebuah Refleksi Terhadap Motto UKI: “Melayani bukan Dilayani”, UKI-Press, Jakarta, 2005


Sumber: Majalah GEMA Methodist Wilayah II, Edisi XII

No comments: