Friday, October 17, 2008
Grow Old Atau Grow Up?
Berbeda dengan Beckham, beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang pendeta Methodist yang telah berusia 77 tahun. Memang beliau tampak tua, botak dan gemuk, tetapi beliau tetap sehat dan sampai saat ini masih aktif melayani Tuhan. Dari gaya bicaranya, saya melihat beliau tetap atusias untuk menjalani hidup ini. Saya sendiri berpikir apakah saya bisa mencapai usia yang demikian dengan tetap memiliki tubuh yang sehat dan tetap dapat aktif melayani Tuhan?
Memang banyak orang takut menjadi tua, bahkan tidak mau mengakui bahwa mereka sudah tua. Sampai usia 50-an banyak orang yang masih beranggapan bahwa ia masih muda, tetapi begitu masuk usia 60, dan gereja mengumumkan bahwa mereka yang berusia 60 tahun ke atas diharapkan menghadiri kebaktian komisi lansia. Sehingga tidak sedikit mereka yang tidak mau menghadiri kebaktian komisi lansia, karena takut dianggap sudah tua atau “lansia”. Atau ada orang yang menganggap kalau sudah mencapai usia 65 tahun itu berarti, “saya sudah tua!” Paul Gunadi mengatakan bahwa sesungguhnya kita telah mengalami proses penuaan hari lepas hari, tahun demi tahun.
Ada satu pepatah yang mengatakan, “Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa adalah pilihan.” Menjadi tua dan menjadi dewasa tentu adalah dua hal yang berbeda. Pertanyaan bagi kita adalah: “Apakah kita hanya bertambah tua (grow old), atau juga bertambah dewasa (grow up)?” Untuk menjadi dewasa tentu harus ada usaha dan itu suatu keharusan. Banyak sekali masalah yang tidak dapat diselesaikan “tanpa kedewasaan sikap”, padahal, hidup yang kita jalani ini haruslah dapat memberi makna. Kedewasaan tidak terkait sama sekali dengan masalah umur. Meskipun sering terdengar ungkapan bahwa orang tua lebih bijak. Seiring dengan bertambahnya usia kita, Paulus mengingatkan kita untuk meninggalkan sifat kanak-kanak itu (1 Kor 13:11), dan mengharapkan kita menjadi dewasa dalam Kristus! Jangan hanya menjadi tua, tetapi kita harus menjadi dewasa. Orang tua memang akan semakin lemah secara fisik, tetapi mereka seharusnya menjadi kuat dalam iman. Masa tua adalah masa yang makin mendekati perjumpaan dengan Tuhan, jadi bersiap-siaplah, jangan datang kepada Tuhan dengan tangan hampa. Pemazmur mengatakan, "Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion." (Mzm 84:8). Memang fisik makin melemah, tapi seperti Paulus katakan manusia batiniahku diperkuat. Makin hari berjalan bukan makin lemah tapi makin kuat karena kita berjalan hendak menghadap Allah di Sion. Sampai bertemu di Sion!
Sumber: Majalah GEMA Methodist Wilayah 2 Edisi 10
Thursday, August 28, 2008
17 Agustus di Methodist 2 School Palembang
Tanggal 1 Agustus 2008 saya kembali melayani di Perguruan Kristen Methodist Indonesia 2 (PKMI-2) Palembang, yang lebih dikenal dengan sekolah Methodist 2 Palembang. Tepat tanggal 17 Agustus 2008 saya berkesempatan menjadi pembina upacara. Memang ini bukan kali pertama saya menjadi pembina upacara. Sejak 2001-2005 saya memang telah melayani di Sekolah Methodist 2 ini. Memang kita yang tidak berkecimpung di dunia pendidikan pasti jarang mengikuti upacara semacam ini. Terkadang saya berpikir perlu nggak sich upacara seperti ini? Tapi setidaknya saya merasa spirit nasionalis saya kembali bergeloro. Biar kita lebih cinta lagi negeri kita ini, tidak korupsi, dan lebih banyak mau berkorban lebih nyata. Bukan sekedar janji-janji ketika pilkada atau pemilu. Semoga!
Thursday, July 17, 2008
GELAR TEOLOGI: PAJANGAN ATAU PELAYANAN?

Oleh: Sutjipto Utomo (Majalah GEMA Methodist Wilayah II Edisi 9/Mei Juli 2008)
Wednesday, July 16, 2008
Telah Terbit: Rhema Sorgawi Vol.2 - Kematian Yang Berharga
Khotbah penghiburan Umum, Khotbah Penghiburan Untuk Situasi Khusus, Outline Khotbah Penghiburan, Kumpulan Kata-Kata Bijak Tentang Kematian, Puis, Doa, Ilustrasi, Petunjuk-Petunjuk Praktis Pelayanan Kedukaan, Daftar Ayat-Ayat Penghiburan, Dll.

Kematian selalu akan membawa duka. Dan setiap kita pasti akan mengalami dan tak akan lepas dari kematian; entah ditinggal oleh orang yang kita kasihi, entah kita harus menghibur orang yang sedang berdukacita atau bahkan harus menghadapi kematian itu sendiri! Banyak orang yang ketika ditinggalkan oleh orang yang dikasihi merasa putus harapan, kehilangan pegangan, bahkan merasa hidup tidak lagi berharga untuk dilanjutkan. Buku kumpulan khotbah edisi khusus khotbah penghiburan ini akan sangat menolong Anda!
Banyak hamba Tuhan yang seringkali kesulitan mempersiapkan khotbah tentang kematian. Bukan saja karena peristiwa ini datangnya mendadak dan tidak dapat kita duga sebelumnya, tetapi juga karena waktu yang tersedia untuk menyusun khotbah sangat singkat. Buku ini akan sangat menolong para hamba Tuhan atau juga mereka yang akan menghibur atau menyampaikan renungan di kala duka.
DAPATKAN SEGERA DI TOKO BUKU GRAMEDIA, TOKO BUKU LEKSIKA, DAN TOKO-TOKO BUKU KRISTEN DI KOTA ANDA! ATAU HUBUNGI PENERBIT PUSTAKA SORGAWI JAKARTA 021-7097 5203, 4390 9981 Email: gunungsion@yahoo.com
Komentar Tentang Buku Ini:
Ada dua jenis kematian. Kematian yang berharga dan kematian yang tidak berharga. Kematian yang berharga ialah kematian dari mereka yang menghargai dan memaknai hidup yang singkat dalam dunia. Seperti Paulus yang sanggup berkata, "Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan" (Flp 1:21). Kematian yang tidak berharga adalah kematian mereka yang hidupnya sia-sia tanpa makna. Buku yang sedang Anda baca ini menuntun kita agar menjadi manusia yang siap hidup dengan bermakna dan pada waktunya nanti kita pun siap menerima kematian yang berharga. Buku ini pasti menguatkan setiap orang dikala menghadapi bayang-bayang maut yang sering sangat menakutkan.
Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)
Kumpulan khotbah kematian dan kedukaan ini pertama kali ditulis secara komprehensif oleh seorang hamba Allah di Indonesia. Oleh sebab itu, buku ini dapat menjadi referensi yang berguna. Panggilan untuk mendampingi orang yang berduka tidak hanya ditujukan bagi warga gereja secara perorangan, melainkan juga gereja secara persekutuan (kelembagaan). Warga secara perorangan dan gereja secara kelembagaan hendaknya diperlengkapi dengan telinga ketiga (terampil mendengarkan) dan hati kedua (bersikap empati) pada jeritan kedukaan. Baik secara perorangan maupun kelembagaan, kita harus peduli, menerima dan mendengarkan semua jeritan siapa pun yang berduka secara penuh dan utuh, sebagaimana Yesus sendiri melakukannya.
Totok S. Wiryasaputra
Grief Psychology Counselor
GEPOI Foundation Executive Director, Yogyakarta
Pengasuh Pondok (Maya) Tridharma Manunggal, primma.org.
Buku ini bukan saja sangat berguna bagi yang menyampaikan firman Tuhan atau menghibur orang yang sedang berduka. Tetapi juga bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Ia membuat hidup kita lebih berarti dan mempersiapkan diri kita menghadap Sang Pencipta kita.
Bishop Amat Tumino, M.Min.
Ketua Dewan Bishop Gereja Methodist Indonesi (GMI)
Pimpinan GMI Wilayah II
Buku ini mampu menjelaskan makna hidup dan kematian menurut ajaran Alkitab; patut dibaca untuk lebih memperdalam pemahaman akan kematian yang tidak hanya menakutkan, tetapi juga menguatkan serta memberi makna dalam menjalani kehidupan sebagai suatu perjalanan bersama Tuhan.
Bishop Dr. H. Doloksaribu, M.Th.
Pimpinan Gereja Methodist Indonesia Wilayah I
Buku kumpulan khotbah "Kematian Yang Berharga" yang ditulis oleh Pdt. Sadikin Gunawan, S.E., S.Th., merupakan suatu terobosan baru dalam kategori buku kumpulan khotbah. Buku ini tidak hanya memuat khotbah-khotbah yang memberikan inspirasi dan wawasan yang baru bagi kita sekitar kematian, tetapi juga dilengkapi dengan kata-kata bijak, puisi, dan doa tentang kematian, yang akan memperkaya penyampaian renungan. Di samping itu buku ini juga memuat petunjuk-petunjuk praktis pelayanan kedukaan dan data yayasan-yayasan pelayanan kedukaan. Sebuah buku yang wajib dimiliki oleh hamba-hamba Tuhan atau siapa pun yang sering membawakan renungan pada acara-acara kematian seseorang!
Ev. Erich Unarto, S.E.
Pimpinan Renungan Harian Manna Sorgawi
Pengupasan dan pemaparan yang jelas mengenai realita dan misteri kematian dan bagaimana menghadapinya dengan dasar firman Tuhan yang menjadi sumber kekuatan dan penghiburan. Patut untuk dibaca, karena buku ini menghimbau kita memanfaatkan waktu dengan baik sebelum ajal tiba.
Sutjipto Utomo, M.Div.
Lay Preacher, tinggal di Singapura
Buku ini akan memperluas wawasan dan pandangan Anda tentang kematian dan pelayanan kepada keluarga yang berduka. Pdt. Sadikin Gunawan membuka berbagai sumber yang sangat bermanfaat bagi Anda tentang pelayanan kedukaan. Buku ini cukup komprehensif untuk menjadi salah satu buku pegangan pelayanan kedukaan."
Pdt. Budi Setiawan, M.Div.
Sekretaris Umum Sinode Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA)
Gembala Sidang GSJA Charismatic Worship Service (CWS), Kelapa Gading
Lebih dari sekedar buku kumpulan khotbah kedukaan. Merenungkan "Kematian Yang Berharga" ini menjadikan hidup saya lebih bijaksana dan lebih berharga lagi. Buku ini juga akan membuat hidup Anda lebih berharga.
Rusdy Gunawan, S.E., M.M.
Direktur PT. Leksika Indonesia (Leksika Bookstore)
Monday, July 14, 2008
25 TAHUN GMI SION JELAMBAR

Tuesday, July 08, 2008
Kata-Kata Terakhir

Bahkan saat-saat menjelang kematiannya, ia masih dapat melayani Tuhan melalui khotbah dan tulisannya. Ia menulis khotbah terakhirnya pada tanggal 22 Februari 1791 dengan judul "On The Danger Of Increasing Riches" yang diambil dari Mazmur 62:10. Dia terus menyaksikan imannya dan sering berbicara tentang "kehidupan kudus" dan "kematian kudus". Dan sesungguhnya kematiannya pada tanggal 2 Mei 1791 pada usia 87 tahun 8 bulan, merupakan suatu pengalaman yang kudus.
Pada akhir masa hidupnya ia terbaring di kamar yang berukuran kecil di rumahnya di jalan City Road, London. Dia mengejutkan mereka yang hadir pada saat itu ketika ia memecahkan keheningan yang ada dengan nyanyian Isaac Watts, "Ku kan memuji Penciptaku selagi bernafas. Sampai kepada suaraku lenyap ditelan kematian, pujian akan menguasaiku. Hari-hariku yang penuh pujian kepadaMu tidak akan berlalu. Selama hidup dan akhir hidupku, keabadian itu akan terus berlangsung." Dia masih bertahan sampai dengan hari berikutnya, ia mengumpulkan sisa tenaganya untuk mengatakan kalimat ini, "Yang terbaik di atas segalanya Allah itu beserta kita." Inilah kata-kata terakhir dari John Wesley dan ia meninggal dengan tenang pada keesokan paginya. Ia dimakamkan di halaman belakang gereja Methodist City Road, London. Ia telah mati, tetapi pesannya tidak pernah mati. Biarlah kita tetap beriman kepada Allah sampai pada akhirnya dan kata-kata terakhir kita adalah kata-kata yang memuliakan Allah.