
Bahkan saat-saat menjelang kematiannya, ia masih dapat melayani Tuhan melalui khotbah dan tulisannya. Ia menulis khotbah terakhirnya pada tanggal 22 Februari 1791 dengan judul "On The Danger Of Increasing Riches" yang diambil dari Mazmur 62:10. Dia terus menyaksikan imannya dan sering berbicara tentang "kehidupan kudus" dan "kematian kudus". Dan sesungguhnya kematiannya pada tanggal 2 Mei 1791 pada usia 87 tahun 8 bulan, merupakan suatu pengalaman yang kudus.
Pada akhir masa hidupnya ia terbaring di kamar yang berukuran kecil di rumahnya di jalan City Road, London. Dia mengejutkan mereka yang hadir pada saat itu ketika ia memecahkan keheningan yang ada dengan nyanyian Isaac Watts, "Ku kan memuji Penciptaku selagi bernafas. Sampai kepada suaraku lenyap ditelan kematian, pujian akan menguasaiku. Hari-hariku yang penuh pujian kepadaMu tidak akan berlalu. Selama hidup dan akhir hidupku, keabadian itu akan terus berlangsung." Dia masih bertahan sampai dengan hari berikutnya, ia mengumpulkan sisa tenaganya untuk mengatakan kalimat ini, "Yang terbaik di atas segalanya Allah itu beserta kita." Inilah kata-kata terakhir dari John Wesley dan ia meninggal dengan tenang pada keesokan paginya. Ia dimakamkan di halaman belakang gereja Methodist City Road, London. Ia telah mati, tetapi pesannya tidak pernah mati. Biarlah kita tetap beriman kepada Allah sampai pada akhirnya dan kata-kata terakhir kita adalah kata-kata yang memuliakan Allah.
Sumber: Manna Sorgawi Edisi Agustus 2008
No comments:
Post a Comment